Guru dan Murid Broken Home
Guru dan murid broken home.
Bulan Arrafiqa
kali ini aku pengen nge-share ke kalian-kalian semua para followers setiaku. ini adalah tugas mata kuliah Profesi keguruan punya aku, yang mana isinya hampir rata-rata aku kutip dari blog-blog orang dan artikel2 dari berbagai web.
namun di dalamnya juga terdapat buah pikirku sendiri,
(gak banyak sih :3)
dan aku mendapatkan bahan tulisan ini juga bukan dari internet saja tetapi juga hasil dari kebanyakan baca komik. hahaha...
okelah langsung aja, cekidot...
Sebelum kita membahas
tentang cara mengatasi anak broken home sebagai seorang guru, ada baiknya kita
mengetahui terlebih dahulu maksud dari kata “broken home” tersebut.
Didalam
artikel yang saya temukan di dalam beberapa blog, dapat di uraikan bahwa Broken
Home adalah, kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang
tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah
diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar, hal
inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk
berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah
mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas, mereka selalu
berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka semata-mata
hanya ingin mendapatkan simpati dari teman-teman mereka bahkan pada guru-guru
mereka. Untuk menyikapi hal seperti ini kita perlu memberikan perhatian dan
pengarahan yang lebih agar mereka sadar dan bisa berprestasi.
Pada umumnya penyebab utama broken
home ini adalah perceraian kedua orang tua atau kesibukkan kedua orang tua
dalam mencari nafkah keluarga. Seperti halnya ayah yang selalu bekerja dan seorang
ibu wanita karier.
Dikala pulang sekolah, tidak ada
orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan
diluar rumah seperti bergaul dengan teman – temannya yang pastinya memberikan
efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak. Maka dari itu mereka berusaha
untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Tetapi sayang, sebagian dari
mereka melakukan cara yang salah misalnya : mencari perhatian guru dengan
bertindak brutal di dalam kelas, bertindak aneh agar mendapat perhatian teman-teman
sekolah, dll.
Kalau sudah brutal, otomatis bisa salah pergaulan.
Kalau sudah
seperti itu, siapa yang patut disalahkan ?
Orang tua
tidak dapat disalahkan sepenuhnya tapi anak juga tidak dapat disalahkan 100%.
Kesalahan orang tua adalah mereka terlalu sibuk dengan masalah mereka hingga
mereka lupa bahwa mereka memiliki anak yang wajib diperhatikan.
Lalu kadang
mereka juga menganggap bahwa anak tidak perlu tahu masalah mereka. Padahal
setidaknya mereka harus menjelaskan tentang masalah mereka ke anak agar tidak
terjadi kesalahpahaman.
Penyebab
Broken Home :
-
Terjadinya perceraian.
-
Ketidak dewasaan sikap orang tua yang berkelahi di
depan anak.
-
Tidak bertanggung jawabnya orang tua sehingga tidak
memikirkan dampak dalam kehidupan anak
anak mereka.
-
Jauh dari Tuhan, sehingga setiap masalah tidak
diserahkan kepada Tuhan.
-
Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang
tua dan anak.
Gangguan kejiwaan pada seorang Broken Home:
1. Broken Heart : seseorang merasakan kepedihan dan kehancuran di hatinya sehingga ia memandang hidup ini tidak berarti. Kecenderungan ini membentuk ia menjadi orang yang krisis kasih sayang dan biasanya lari kepada yang bersifat keanehan sexual. Misalnya sex bebas, homo sex, lesbian, jadi simpanan orang, tertarik dengan isteri orang, atau suami orang dan lainnya.
2. Broken Relation : seseorang merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai, tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani. Kecenderungan ini membentuk ia menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal ugalan, cari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain, cenderung “semau gue”.
3. Broken Values : seseorang kehilangan ”nilai kehidupan” yang benar. Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik, benar, atau merusak. yang ada hanya yang ”menyenangkan” dan yang ”tidak menyenangkan”, pokoknya apa saja yang menyenangkan saya lakukan, apa yang tidak menyenangkan tidak saya lakukan.
Sikap negatif dalam menghadapi Broken Home
1. Denial: seseorang tersebut sepertinya tidak menunjukan reaksi apa apa bahkan cenderung menyangkal : ah memang mereka begitu, tapi ah, kenapa emang?” mereka tidak tertarik untuk membicarakannya . padahal justru di saat saat seperti ini ia butuh bimbingan dan kekuatan dari orang lain yang dapat membimbingnya kedalam kebenaran
2. Shame : si pemuda dibalik penyangkalannya merasa begitu malu, akan keberadaan hidupnya. Ditunjukan dengan khayalan khayalan”seandainya saya memiliki orang tua yang bahagia”.
3. Guilt : seseorang merasa kecil hati karena jangan-jangan keberadaannya juga salah satu penyebab keributan atau perceraian orang tuanya, atau merasa “koq saya tidak dapat berbuat apa apa sih”.
4. Anger : sebagian orang lain akan merasa begitu kesal sebab menurut mereka banyak keributan orang tua yang tidak rasional. ”masa Cuma itu aja diributin tidak dewasa benar sih” .
5. Iini secure : seseorang tersebut merasa sendirian dan kehilang arah. kemana ia harus lari, keluarga sudah menjadi tempat yang menakutkan, tidak aman dan damai.
Efek efek kehidupan seseorang broken home
1. Academic problem, seorang yang mengalami broken home akan menjadi orang yang malas belajar, dan tidak bersemangat berprestasi
2. Behavioural problem, mereka mulai memberontak, kasar, masa bodoh, memiliki kebiasaan merusak, seperti mulai merokok, minum-minum, judi, dll.
3. Sexual problem, krisis kasih mau coba ditutupi dengan mencukupi kebutuhan hawa nafsu
4. Spritual problem, mereka kehilangan father’s figure sehingga Tuhan, ustadz, atau orang orang rohani hanya bagian dari sebuah sandiwara kemunafikan
Menghadapi broken Home dengan positif
1. tariklah pelajaran positif dari masalah tersebut
2. dekatkan pada Tuhan
3. jangan menghakimi semua orang karena keadaan tersebut
4. tetap menjaga diri dan memegang teguh kebenaran
5. broken home bukanlah akhir dunia
Sebagai seorang guru yang baik, ketika kita menghadapi anak yang menjadi korban dari Broken Home, adalah dengan mendekati anak tersebut dengan lembut. Berbicara dari hati ke hati. Dan pada saat menghadapi anak tersebut, jadilah teman mereka. Bukan guru mereka. Karena yang mereka butuhkan adalah teman yang dapat mengerti mereka dan dapat membantu mereka.
Kejiwaan
seorang anak sangat sensitif. Terutama kejiwaan anak korban broken home, mereka
cenderung menutup diri dan tidak bergaul. Pendekatan yang baik adalah dengan
mengobrol dengan mereka di luar jam kelas. Bukan di dalam lingkungan sekolah
dan dalam cuaca yang cerah. Karena cuaca juga memberikan faktor yang sangat
penting dalam proses pendekatan dengan anak broken home.
Cuaca hujan,
hanya akan membuat anak tersebut semakin menutup diri dan larut dalam
kesedihan.
Sangat
berbeda dengan cuaca yang cerah.
Dan untuk
memulai pendekatan dengan murid yang semacam ini adalah dengan mengajaknya
ngobrol mengenai hal-hal yang sangat mereka sukai. Hingga tanpa kita minta,
anak tersebut akan dengan sendirinya menceritakan kepada kita prihal yang
terjadi di dalam keluarganya.
Anak yang
sudah menceritakan problemnya, sudah pasti akan merasakan kesedihan yang
mendalam, dan saat itu, yang paling di butuhkan adalah pelukan.
Pelukan
dapat meluluhkan kesedihan yang selama ini di pendam oleh seseorang.
Terutama
murid wanita.
Murid
perempuan cenderung menangis sekencang-kencangnya dan sepuas-puasnya tatkala
mendapatkan pelukan setelah menceritakan permasalahannya.
Sedangkan
mudir laki-laki, cenderung lebih pemalu dan bersikap sedikit dewasa sehingga
mungkin ia akan menahan air matanya. Dan yang perlu kita lakukan hanya satu
yaitu mengusap kepalanya atau pundaknya atau pungungnya dengan lembut, seraya
memberikan senyuman yang tulus. Seaakan kita mengatakan kepadanya “aku mengerti
apa yang kau rasakan, kau bisa mengandalkanku” hanya dengan pandangan mata kita
tanpa harus mengucapkannya.
Setelah
melampiaskan kekesalan mereka, mereka akan lebih bahagia di banding sebelumnya.
Mereka akan terlihat sedikit terasa ringan dari beban mereka dan akan
bersosialisasi sedikit demi sedikit.
Adapun berikut ini kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh
orang tua atau pendidik untuk mengembangkan kepribadian dan kretivitas anak
dalam mengatasi kenakalan
anak, yaitu :
- Bentuklah pengalaman belajar sesuai rasa ingin tahu alamiah anak, dengan menghadapkan masalah-masalah yang relevan dengan kebutuhan, tujuan dan minat anak.
- Ijinkanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan kegiatan belajar.
- Berikanlah pengalaman dari kehidupan nyata yang menuntut peran serta secara aktif pada anak dan kembangkanlah kemampuan yang perlu untuk itu.
- Usahakan agar program belajar cukup luwes untuk mendorong siswa atau anak didik melakukan penyelidikan, percobaan (eksperimental) dan penemuan sendiri.
- Bertindaklah lebih sebagai sumber belajar dari pada sebagai penyampai informasi, serta jangan paksakan pengetahuan yang belum siap diterima anak.
- Dorong dan hargailah inisiatif dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu.
- Biarkan anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya. Tentu saja selama tidak berbahaya dan membahayakan.
- Hendaklah tidak lupa menghargai dan memuji usaha-usaha baik dari anak.
Penerapan cara-cara tersebut
tentu saja akan dirasakan sangat penting, apabila kita dapat memahami dunia
anak yang diwujudkan oleh anak melalui kenakalan anak. pada dasarnya hanya
untuk menunjukkan kepribadian dan pengembangan kreativitas anak sebagai bentuk perhatian
dan imajinasinya.
Artikel di ketik berdasarkan berbagai sumber.
aku ngeshare artikel ku sendiri semata-mata hanya untuk membantu teman-teman lainnya dalam menyelesaikan tugas kuliahnya :D juga berbagi info kepada para pembaca, semoga yang aku share bermanfaat untuk kalian semua.
sering-sering mampir ke blog sederhana saya ini ya :D
Komentar
Posting Komentar